Jakarta (PARADE.ID)- Sejumlah orang yang mengatasnamakan eksponen aktivis 98 dari berbagai kampus Jakarta melakukan pertemuan serta konferensi pers bersama, membahas ‘Semangat Reformas 98 di Era Pemerintahan Jokowi’ di bilangan Duren Sawit, Jakarta Timur.
Menurut Denny Agiel Prasetyo dari UPI YAI Jakarta, mengatakan bahwa pertemuan itu dilakukan karena untuk menjaga semangat reformasi 98 di pemerintahan Jokowi. Ia pun menyebut Jokowi adalah salah satu buah reformasi 98.
“Beliau bukan keturunan yang terpandang, namun dapat memimpin negara ini. Dia bukan keluarga militer, bukan keluarga Soeharto, bukan juga keluarga kiai tetapi nfrastruktur yang merata dalam periodenya dinilai regenerasi perjuangan yang berbuah manis,” ujar Denny Agiel, kepada media, Jumat (4/3/2022).
Ia mengkritisi pihak yang menyerang Jokowi, yang tidak konstruktif (mengatasnamakan aktivis 98 juga) karena menggunakan isu KKN. Disebutnya juga sebagai kritikan abstrak dan keblinger.
“Tentunya sebagai cendekiawan, harus menggunakan analisa kualitatif dan mendasar, faedah kemanfaatan dan kemaslahatannya,” katanya.
Pun Teguh dari Universitas Indonesia juga hampir sama menyinggung itu. Menurut dia, yang menjadi masalah sebenernya bukan perbedaan pendapat tetapi adalah basis data dan fakta yang diargumentasikan.
“Pihak-pihak yang mengatasnamakan aktivis 98 dengan mengkritisi pemerintahan hari ini tanpa memakai basis data dan fakta yang valid dan aktual, dapat menjadikannya disinformasi dan bias informasi,” kata dia.
Kendati begitu, ia menjelaskan bahwa respons atau tujuan atas hal itu bukanlah mencari pembenaran. Tujuan mereka di sini, kata Teguh, untuk meng-counter yang salah—diubah menjadi benar.
Sebab menurut dia, perbedaan itu tujuannya baik tetapi yang negatif adalah kepentingan politiknya yang mengarah. Dan itulah yang dijadikan alasan Teguh dkk membentuk aktivis 98 yang terbuka—menjadikan Indonesia baik.
Menurut mereka, apa yang disampaikan ini sifatnya mendesak. Sebab terkait pemikiran-pemikiran yang keindonesian, dimana harus terus dipegang kokoh hingga akhir.
Reformasi yang mereka gaungkan juga harus diperjuangkan dan dipertahankan. Dan mereka mengimbau agar jangan sampai terbuang sia-sia perjuangannya.
Sebab tanpa kawan-kawan aktivis 98, mereka mengaku tidak dapat merasakan buah-buah reformasi, Pemilu, kekayaan yang luas dan pembangunan di luar Jawa yang sudah kita rasakan.
Pertemuan tadi dihadiri selain keduanya adalah Imam Subagyo dari Universitas Guna Dharma Jakarta, Herlambang Ari Putra dari IISIP Jakarta, dan Grandy Nadeak dari Universitas Kristen Indonesia).
(Verry/PARADE.ID)