Jakarta (PARADE.ID)-Politisi Demokrat Jansen Sitindaon mengingatkan bahwa indeks demokrasi dan keakraban antar warga negara saat ini terus menurut dan tampak terbelah dalam perbedaan. Bahkan menurut dia sudah lampu kuning yang mengarah ke lampu merah.
“Apalagi narasi para buzzer jg terus dibiarkan menebar saling curiga/kebencian antar golongan dan agama. Lihatlah sumbangan Akiditio kemarin ditarik ke agama/suku. Olimpiade yg jelas2 olahraga jg ditarik kesana. Skrg soal tutup telinga dll,” kata dia, Rabu (15/9/2021).
“Kalau pemerintah ini merasa situasinya masih baik2 saja, ya silahkan saja kalian terus jalan dgn langgam skrg,” tertulis demikian di akun Twitter-nya.
Namun, apa yang dilihat atau dirasakan oleh Jansen tampaknya tidak demikian. Ia mengaku semakin hari melihat soal, contohnya agama semakin tegang. Terus tumbuh intoleransi berdasarkan sentimen dan prasangka keagamaan.
Jika tidak ditangani benar, kata dia, maka ke depan ini akan menjadi “problem integrasi” kita sebagai bangsa.
Ia pun mengingatkan agar pemerintah berhati-hati, agar tidak terjadi “tabrakan maut. Bisa fatal akibatnya.
“Tidak gampang memang memimpin bangsa ini. Sejak awal lahirnya, sudah berbeda-beda. Dari masa ke masa inilah tantangan memimpin Indonesia. Dan jd tugas siapapun yg sedang memegang kekuasaan mengelolanya. Kerukunan ini ‘software’ kita berbangsa. Dia lunak karenanya rentan virus.”
Bagi siapa pun yang sedang mengelola kekuasaan, sarannya, bacalah risalah BPUPKI sampai Konstituante hasil Pemilu tahun 1955. Di sana lah potret Indonesia kita sejak dulu.
“Beragam! dan debatnya keras. Metode “main hantam” kpd pihak2 berbeda tdk akan membuatnya hilang. Butuh seni apalagi diera demokrasi ini.”
(Sur/PARADE.ID)