Jakarta (PARADE.ID)- Satu tahun kesedihan akibat pandemi Covid-19 telah berlalu. Kita sambut tahun baru dengan optimisme. Kenapa? Karena pesimisme tidak pernah menghasilkan apa-apa. Juga, kita sambut dengan harapan. Kenapa? Karena dengan harapan, menjadikan kita terus bergerak meraih apa yang kita senantiasa perjuangkan. Satu yang mungkin dan harus kita ubah. Apa? Pandangan baru tentang hidup dan kehidupan. Agar dunia tak lagi sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Saya juga begitu. Berusaha mengubah mindset (pola pikir), kebiasaan (habit), memperbaiki hubungan dengan Tuhan Yang Maha Cinta, juga dengan sesama.
Pada akhir tahun lalu, saya cerita ke teman pengusaha. Salah satu murid Bossman Mardigu Wowiek.
“Bro, tahun depan aku akan mulai sesuatu yang benar-benar baru,” dia hanya ketawa.
“Renungkan Bro, Roma tidak dibangun dalam sehari.” Saya juga sempat bicara sama teman pengusaha lain.
“Mungkin saya akan mulai dari nol lagi Bang,” dia juga tertawa.
“Sombong kali kau, Allah kasih kau fasilitas tubuh lengkap, kesehatan, keluarga yang utuh, masih kau bilang mulai dari nol,” katanya. Alamaak. Salah lagi saya.
Obrolan akhir tahun itu menginspirasi saya. Rupanya, memang banyak yang keliru terkait cara pandang saya menyikapi hidup. Terutama dalam bisnis. Tahun baru memang juga harus disikapi dengan kebaruan. Tapi, sepertinya jangan gegabah membuat atau memulai sesuatu yang baru, apalagi dengan congkak bakal memulai dari nol lagi. Ada yang berpikir begitu? Kata anak-anak Tiktok, “Ada sayang, ada,” “Tapi, jangan begitu sayang.”
Baiklah. Inilah saatnya berkomunikasi dengan diri sendiri, renung-renung diri. “Roma tidak dibangun dalam sehari.” Ya. Makna ungkapan ini kira-kira sebuah kesuksesan, keberhasilan, memerlukan kerja keras, kerja cerdas, butuh proses. Singkatnya, butuh perjuangan. Juga, alih-alih mulai dari nol, alangkah baiknya melanjutkan yang sudah ada. Sudah dibangun sebelumnya. Hal ini tentu bakal lebih punya titik terang daripada meraba-raba sesuatu yang belum pasti dan belum tentu kita bisa. Tapi, hidup adalah pilihan. Masing-masing orang berbeda.
Saya sendiri memilih untuk tidak mulai dari nol lagi. Tapi melanjutkan semuanya dengan apa yang ada, capaian-capaian yang tersisa. Memoles lagi agar lebih punya performa meyakinkan. Termasuk, ini yang terpenting, memperbaiki bagaimana cara kita berkomunikasi dengan sesama. Saya sendiri merasa memang buruk dalam praktik membangun komunikasi walau tahu teori idealnya. Saya kemudian mengafirmasi diri untuk jangan begitu lagi. Saya, tahun-tahun sebelumnya memang sudah mulai membuka pikiran untuk kebenaran dari segala arah. Tapi, saya masih bersembunyi dalam kamar sunyi. Berdiam diri. Kini, saya berjanji untuk lebih membuka diri, berkomunikasi, bersilaturahmi dan menyapa sesama dengan lebih rutin lagi. Konon katanya, beragam keajaiban akan datang. Baik, kini saya harus meyakini itu.
Walaupun begitu, prasangka baik kepada Allah itu harus. Semua capaian harus disyukuri. Termasuk, kita masih hidup dan sehat di tengah pandemi Covid-19 ini. Artinya Allah masih sayang kita. Artinya, kita masih diberi kesempatan untuk melanjutkan hidup. Melanjutkan perjuangan. Artinya pula, masih terbuka kesempatan untuk meraih mimpi dan capaian. Jadi, selamat berkarya dan berjuang ya. Percayalah, Tuhan Yang Maha Cinta memihak kita.
*Praktisi Komunikasi, Yons Achmad