Kendari (PARADE.ID)- Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) selalu identik dengan sosok yang disegani, dan terkadang juga ditakuti. Meski berasal dari rakyat dan berjuang untuk rakyat, tak sedikit rakyat yang lantas merasa segan untuk berinteraksi.
Akan tetapi, berbeda dengan sosok Panglima Kodam XIV/ Hasanuddin Mayor Jenderal TNI Andi Sumangerukka, SE, MM. Kalau dilihat dari namanya, Andi Sumangerukka merupakan seorang bangsawan Suku Bugis, Sulawesi Selatan. Meski tergolong bangsawan, justru tidak menjadi halangan dirinya untuk selalu dekat dengan rakyat.
Dalam hidupnya, Jenderal bintang dua ini memiliki prinsip. Apalagi setelah menjadi seorang anggota TNI. Persoalan rakyat sudah menjadi prioritas utama, sehingga Andi Sumangerukka selalu terpanggil untuk turut andil membangun ibu pertiwi.
Andi Sumangerukka, lahir 11 Maret 1963 di Makassar, Sulawesi Selatan. Dia merupakan anak dari pasangan Mayor (Purn.) TNI H. Syam Daud dan Hajjah Andi Azizah. Andi Sumangerukka sejak lahir memang sudah mengalir darah TNI. Meski lahir dari kalangan elit, namun Ia tak segan untuk terjun langsung berhadapan dengan publik.
Dekat dengan rakyat membuat ia semakin mengutamakan kepentingan banyak orang. Misalnya, saat masyarakat di Sulawesi Barat yang beberapa waktu lalu mengalami musibah gempa bumi. Ia tak mau hanya duduk berdiam diri di balik kursi empuknya sembari menunggu laporan, tetapi justru terjun langsung dan menjadi garda terdepan untuk meringankan masalah para korban bencana.
Mulai dari membantu evakuasi para korban, pendirian posko darurat hingga pembagian sembako bagi masyarakat. Itu semua dilakukannya. Tidak hanya itu, di tengah pandemi virus COVID-19 “menyerang” negara ini, ia pun lagi-lagi tak mau ketinggalan untuk turun langsung membantu.
Sebagai perwira tertinggi di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat, Ia menjadi garda terdepan memimpin para prajuritnya guna membantu pemerintah memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19.
Di kalangan orang terdekatnya, Andi Sumangerukka memiliki panggilan akrab. Puang atau Jenderal Kota Lama sapaan akrab bagi orang-orang terdekatnya. Dengan jiwa sosial yang tinggi, ia kemudian membentuk organisasi sosial yang bernama Aku Sahabat Rakyat (ASR), yang pada akhirnya ASR tersebut menjadi Motto Prajurit TNI, khususnya wilayah Kodam XIV/ Hasanuddin.
“ASR ini dibentuk untuk kepentingan rakyat. Tujuannya, agar Prajurit TNI dapat terjun langsung mendengar, menyerap aspirasi rakyat dan menuntaskannya,” kata Andi Sumangerukka saat berkunjung di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara beberapa waktu lalu.
Karena selalu terlibat dalam urusan sosial, ASR saat ini rupanya cepat mendapat respon positif. Terbukti dalam beberapa bulan ASR terus meluas, sejumlah komunitas khususnya pemuda milenial, dengan suka rela membentuk Komunitas ASR, Relawan ASR yang totalnya kini mencapai ribuan orang yang tersebar di Sulawesi Tenggara, khususnya.
Pria ini lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1987. Saat menjalani pendidikan militer, ia mengambil kualifikasi kecabangan artileri pertahanan udara. Meski menjadi pimpinan di tiga provinsi, dalam setiap kunjungan kerjanya sebagai Panglima Kodam XIV/ Hasanuddin, ia selalu terlihat sederhana dan tidak ingin disambut meriah.
Cerita Unik ketika Berkunjung ke Baubau
Ada cerita unik saat dalam kunjungan kerjanya sebagai Pangdam XIV/Hasanuddin di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara beberapa waktu silam. Ketika itu, sejam sebelum kedatangannya, sejumlah Prajurit TNI dan pejabat pemerintahan serta para kerabatnya terlihat beriringan menggunakan mobil yang dikawal Patroli Polisi Militer menuju Lokasi pendaratan Helikopter yang ditumpanginya.
Melihat penjemputan yang terlalu “berlebihan” dari udara, Andi Sumangerukka lantas meminta pilot untuk melakukan pendaratan di tempat berbeda yang cukup jauh dari lokasi yang sudah ditentukan. Padahal, semua rombongan sudah berkumpul dan siap menyambutnya. Setelah menunggu hampir sejam, helikopter tak kunjung mendarat, rombongan yang menjemput panik, entah apa yang terjadi sehingga helikopter tiba-tiba menghilang.
Tiba-tiba, telepom genggam salah satu penjemput berdering, ternyata panggilan telpon dari ajudan Andi Sumangerukka. Setelah berbincang, ternyata ajudan Andi Sumangerukka memberitahukan bahwa Jenderal sudah mendarat dengan selamat dan tengah menikmati hidangan makan siang di Metro Resto, salah satu restoran di Kota Baubau. Mendengar kabar itu, seluruh rombongan kemudian menuju Metro Resto.
Alhasil, rundown acara yang sudah di siapkan pun “berantakan”, acara pengalungan bunga, tari-tarian dan lain-lain sebagai bentuk penghormatan bagi para pejabat batal. Setelah semua rombongan tiba di Metro Resto, dari kejauhan Andi Sumangerukka tertawa terbahak melihat kepanikan penjemput sembari menyantap hidangan khas Sulawesi Tenggara di meja makan.
Hal-hal seperti ini terkadang yang membuat Andi Sumangerukka sangat dikagumi. Baik oleh rakyat maupun para prajuritnya. Bintang dua yang melekat dipundaknya tidak membuat dirinya jumawa, bahkan dia mampu dekat dengan bawahannya tanpa memandang pangkat dan jabatan.
Terbukti, saat dilangsungkannya pertemuan dengan seluruh Babinsa se-Kepulauan Buton di salah satu Aula di Kota Baubau. Sang jenderal terlihat begitu sederhana, bahkan saat menjawab pertanyaan-pertanyaan para prajurit TNI yang hadir dengan suasana penuh keakraban, hingga tak sedikit dari para prajurit TNI juga sempat berkeluh kesah tentang kehidupan sehari-hari mereka.
Berikut riwayat Mayor Jenderal TNI Andi Sumangerukka, SE. MM.:
Keluarga
– Mayor (Purn.) TNI H. Syam Daud (Ayah)
– Hajjah Andi Azizah (Ibu)
– Arinta Andi Sumangerukka (Istri)
Pendidikan
– SD Teladan Kendari
– SMP 1 Makassar
– SMA 3 Makassar 1983
– AKMIL 1984-1987
Karir dan Jabatan Militer
– Danyon Arhanud (2003)
– Asintel Kodam I/Bukit Barisan (2012)
– Danrem 143/Haluoleo (2012—2013)
– Irdam Kodam V/Brawijaya (2013—2015)
– Kabinda Sulawesi Tenggara BIN (2015—2019)
– Sahli Bid. Ideologi dan Politik BIN (2019)
– Pangdam XIV/Hasanuddin (2020—Sekarang)
(Irf/PARADE.ID)