Jakarta (PARADE.ID)- Federasi Serikat Pekerja Ritail Indonesia-Sentral Gerakan Buruh Nasional (FSPRIN-SGBN), melalui Ketua Umumnya Ruswandi menyatakan menolak pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak oleh salah satu perusahaan ritel Indonesia.
“Buruh menolak PHK sepihak PT Trans Retail Indonesia (Transmart Carefour Puri Indah Jakarta Barat),” demikian keterangan medianya, Rabu (8/12/2021).
FSPRIN-SGBN pun, kata dia, akan melakukan upaya perlawanan atas hal di atas (PHK). Demi tegaknya kebenaran yang diyakini.
“Seruan aksi buruh ritel bersatu dan melawan terus disuarakan oleh kelompok buruh Federasi Serikat Pekerja Riteil Indonesia (FSPRIN-SGBN). Baik melalui aksi unjuk rasa maupun dalam proses negosiasi terkait persoalan PHK karyawan/buruh PT Trans Retail Indonesia.”
FSPRIN menilai bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh Pemerintah yang di awal pandemi Covid-19, dimana melalui Kemnaker mengeluarkan Surat Edaran berupa kemerdekaan bagi pengusaha—demi kelangsungan usaha untuk melakukan upaya upaya bertahan, untuk usaha dengan melakukan penekan biaya pengeluaran. Dan aturan itu kata dia dirangkum dalam UU No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja (Omnibus Law).
“Hal ini akhirnya berujung pada penutupan gerai Transmart Careffour Puri Indah Jakarta Barat pada tanggal 7 Desember 2021, dimana merupakan salah satu dampak beriringan dengan PHK sepihak karyawannya. Dengan alasan force majeure krisis pandemi Covid-19 pihak menajemen terpaksa melakukan efisiensi,” masih dalam keterangan itu.
“Selain itu, pemberlakuan No Work No Pay (kerja dan upah) tanpa terlebih dahulu melakukan dialog/perundingan dengan serikat buruh /pekerjanya.”
Tidak sampai berhenti di sana kebijakan yang merugikan pekerja, kata dia. Sebab kembali hadir berupa Multi task, yakni muncul kebijakan berupa bekerja di tanggal merah (Publik Holiday-PH) dengan pekerjanya hanya menerima tambahan off.
Artinya, kata dia, jika buruh /pekerjanya masuk kerja maka menerima upah—di puluhan store/gerai dengan jumlah berbeda beda dari 30 persen sampai dengan 50 persen. Kerja secara bergantian.
“Inilah terjadi dengan perusahaan yang dimiliki putra bangsa, ‘Si Anak Singkong’.”
Ruswandi juga mengatakan bahwa hal di atas terjadi sebab sistem kapitalisme, dimana Indonesia tidak luput dari situasi krisis atas itu. Disebabkan pula Indonesia tidak memiliki nilai tawar yang kuat untuk bersaing dalam percaturan ekonomi global.
“Secara umum dunia saat ini sedang mengalami krisis global, dipertajam dengan guncangan dunia kesehatan melalui pandemi Covid-19 yang mempengaruhi ekonomi dunia, sehingga keadaan global yang sedang resesi ini akan membuat banyak negara mendorong ekspansi modal.”
Oleh karena itu menurut dia kita butuh recovery secara local sebagai prioritas pemulihan paska Covid-19 di negara dan wilayah eksploitasinya.
(Verry/PARADE.ID)