Jakarta (PARADE.ID)- Ustaz Abdul Somad (UAS) dideportasi Singpura karena tudingan atas ceramah-ceramah (internalnya). Fahri Hamzah, Waketum Gelora yang juga merupakan mantan Wakil Ketua DPR yang sejak awal bersuara, kini menyinggung peran intelijen Singapura.
“Saya yakin bahwa para pejabat intelijen dan keamanan Singapura sudah menyesal bahwa telah melibatkan diri dalam pembelahan yang di Indonesia sebenarnya bom waktu. Singapura keliru mengimpor pembelahan ini ke dalam negerinya!” analisis Fahri, kemarin.
Di kasus UAS ini, Fahri tidak percaya ini datang dari kebijakan yang genuine tetapi lebih merupakan desakan dari luar.
“Saya punya teman di Singapura sejak sebelum menjadi pejabat di Senayan lebih kurang 20 tahun. Saya tahu politik serantau segitiga negara: Indonesia- Malaysia-Singapura,” tertulis demikian di akun Twitter-nya.
Sebagai orang keturunan Melayu Riau, Hubungan kekerabatan UAS dengan orang-orang Melayu Singapura dan Malaysia, kata Fahri, sangat kuat. Bahkan UAS dalam ceramahnya di kawasan ini sering berbahasa Melayu Riau yang lebih mudah mereka pahami.
Soal kedekatan ini menurutnya tidak bisa dianggap remeh. Kalau kita terbang ke airport Hang Nadim di Batam, lalu melanjutkan perjalanan memakai Boat ke pelabuhan Tanah Merah di Singapura maka yang akan tampak adalah suasana Melayu lama, meskipun ada gedung-gedung tinggi tetapi bahwa ini wilayah satu kawasan dahulu begitulah situasinya.
“Dlm legenda Melayu, Hang Nadim adalah seorang laksamana pelindung tanah temasek atau yg sekarang disebut Singapura. Dlm legenda itu, Hang Nadim adalah anak dari Hang Jebat yg juga punya ayah angkat bernama Hang Tuah. Ini cerita orang Melayu di Kesultanan Malaka Johor – Riau.”
“Saya ingat dulu di zaman Pak Habibie menjadi presiden, saya diajak dlm pertemuan serantau yg disebut sebagai inisiatif daerah pertumbuhan SIJORI (sejak 1989): Singapura, Johor dan Riau. Suasana pertemuannya sangat Melayu dan berpindah dari Pekanbaru Singapore dan Johor,” lanjutnya.
Sebagai orang Melayu Riau, Fahri melanjutkan, tentu UAS juga memiliki semacam perasaan berdekatan dengan tiga kawasan ini. sehingga tentu ada perasaan kecewa yang lebih jika Singapura tidak mengizinkan beliau melintas membawa anak dan istrinya meski semalam menuju johor.
Lebih mengecewakan lagi apabila orang Riau yang di dalam legenda Hang Nadim adalah pelindung temasek dituduh akan merusak Singapura. Ini sesuatu yang tidak masuk akal dan mengidap semacam amnesia terhadap sejarah, karena UAS adalah ulama Melayu yang disegani termasuk di Singapura.
“Tapi memang zaman berubah, tetapi juga kita harus punya sikap bahwa perubahan ini bukan untuk saling merusak sesama tetangga. tetapi justru harus semakin menjalin keakraban sesama tetangga yang punya sejarah kekerabatan apalagi di Semenanjung serantau. Berkacalah negeriku!”
(Rob/PARADE.ID)