Jakarta (PARADE.ID)- Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) mengadakan diskusi publik dengan tema: “Zina, LGBT, dan Ketahanan Keluarga”, kemarin malam secara virtual.
Hadir beberapa pembicara dalam diskusi tersebut. Di antaranya ada Ketua Umum ICMI Prof. Arif Satria, Wakil Ketua ICMI Prof. Riri Fitri Sari, Ketua Departemen Kesehatan MPP ICMI dr. Taufan Ichsan Tuarita, Agung Sugiharto, dr. Dewi Inong Irana, Rita Hendrawaty Soebagio, Prof. Euis Sunarti, dan Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbud RI.
Ketua Departemen Kesehatan MPP ICMI dr. Taufan Ichsan Tuarita dalam pengantarnya mengutip surat Al-A’raf ayat 80-81 dari Alquran. Di ayat itu, menyoal bagaimana Allah SWT mengutus nabi Luth untuk mengingatkan umatnya agar tidak melakukan seks menyimpang.
Dan dr. Taufan mengatakan bahwan hal itu kini justru (kembali) terjadi dan dinamai dengan LGBT. Demikian keterangan media yang diterima parade.id.
LGBT, menurut Ketua MPP ICMI Prof. Arif Satria merupakan penyakit sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat pada hari ini. Perilaku ini adalah perilaku yang tidak bermoral dan dapat menghilangkan kehormatan bagi pelakunya.
“Hari ini tatanan dunia sedang mengalami masa transisi dari industri 4.0 menuju industri 5.0 atau lebih dikenal dengan sebutan metaverse, namun masih banyak permasalahan dan penyimpangan sosial yang belum selesai sampai sekarang ini,” kata dia.
Malah, kata Agung Sugiharto kita saat ini sedang dipertontonkan dengan fenomena baru, yaitu nikah sesama jenis. Parahnya lagi fenomena itu tersebar luas di media sosial dan bisa ditonton oleh siapa saja.
Sedangkan menurut dr. Dewi Inong praktik zina, yang dimana perilaku seks bebas/zina merupakan hubungan seks yang dilakukan di luar proses pernikahan sah secara hukum agama dan NKRI tanpa mengetahui akibatnya. Dampak dari seks bebas tersebut kata dia yaitu HIV/AIDS, Sifilis, Gonore dan IGDS.
Belum lagi dari zina itu, tercatat kasus aborsi setiap tahunnya hingga mencapai 2,3 juta orang. 30 persen aborsi dilakukan oleh remaja.
Hal ini justru menjadi wajah buruk bagi moralitas warga negara Indonesia yang menjadi negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Dan agar penyimpangan itu tidak terjadi maka hal yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan edukasi dan juga memberikan keharmonisan dalam keluarga.
Sebagai narasumber tentang ketahanan keluarga, Prof. Euis Sunarti mengemukanan bahwa hari ini gerakan sogie sudah masuk secara struktur dan sistematis dalam berbagai sektor dimensi dan sektor pembangunan. Bahkan dalam ranah pemerintahan, gerakan gay kuat dugaan didukung oleh Komnas HAM dan Komnas Anak, serta sudah masuk dalam ranah eksekutif, yudikatif dan legislatif.
Adapun upaya yang perlu dilakukan mengetahui hal itu menurutnya adalah dengan mengadvokasi permalasahan dan aturan ketahanan dan perlindungan keluarga.
Kemudian menurut Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbud RI bahwa terputusnya mata rantai pada aspek pendidikan, keluarga, lingkungan lah yang mengakibatkan banyak terjadi penyimpangan sosial, yang berakibat pada banyaknya pelaku-pelaku zina dan LGBT di negara Indonesia.
Acara diskusi tersebut menyimpulkan, bahwa baik perbuatan zina ataupun praktik-praktik LGBT semuanya merupakan penyakit sosial yang menjalar di masyarakat. Oleh karena itu lingkungan keluarga diharapkan menjadi salah satu tempat pencegahan agar tidak terjadinya ketimpangan sosial, terutama pada aspek ketimpangan seksualitas dan zina. Kesimpulan tersebut dibacakan oleh moderator Repil Ansen.
(Rob/PARADE.ID)