Jakarta (parade.id)- Pakar Teknologi Informasi (TI) terkemuka Indonesia, Onno W Purbo, memperkenalkan visi ambisiusnya untuk kedaulatan digital bangsa melalui inisiatif “Roadmap AI Gotong Royong.” Dalam presentasi yang diunggah kanal YouTube KeamananSiber, Sabtu (4/10/2025), Onno menegaskan bahwa kunci kemandirian teknologi nasional terletak pada pengembangan Kecerdasan Buatan (AI) yang wajib bersifat open source (sumber terbuka) dan didukung oleh literasi sumber daya manusia (SDM) yang masif.
Menurut Onno, dominasi AI asing tidak harus dilawan dengan investasi miliaran tetapi dengan memberdayakan rakyat. Ia menyoroti bahwa AI open source memungkinkan komunitas dan praktisi lokal untuk berkolaborasi, memodifikasi, dan menyempurnakan model, sehingga lebih relevan dengan kebutuhan dan bahasa Indonesia.
Melawan Mitos AI Mahal dan Susah
Onno W Purbo mengkritik dua hambatan utama adopsi AI di Indonesia: mitos biaya mahal dan kesulitan teknis.
“Sebagian besar perusahaan malas pakai AI karena mikirnya mahal. Padahal, kita bisa mendemokan chatbot sekelas ChatGPT dengan LLM lokal, berjalan hanya di CPU only. Ini membuktikan AI itu bisa diakses dan tidak selalu butuh GPU monster,” tegas Onno.
Ia juga menyoroti rendahnya literasi praktis, di mana banyak pihak—termasuk media—sudah tahu AI, tetapi tidak tahu bagaimana cara menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mengolah data mentah menjadi berita.
Kunci Kedaulatan: SDM dan Offline First
Inti dari Roadmap AI Gotong Royong adalah pembangunan SDM dan ekosistem berbasis “Offline First” (utamakan luring).
1. Gerakan Literasi Masif
Onno menargetkan 1 Juta warga lulus literasi AI. Target ini ia anggap kecil, karena jumlah siswa yang masuk sekolah setiap tahun mencapai 6 juta jiwa. Dalam upaya ini, timnya telah meluncurkan Buku Pegangan AI untuk SD, SMP, dan SMA yang kini diadopsi ke dalam kurikulum. Pelatihan open course juga terus digalakkan.
2. Fokus ke Daerah 3T
Solusi AI harus dapat diimplementasikan tanpa koneksi internet yang stabil. Onno menjelaskan proyek yang sedang berjalan, yaitu penyebaran perangkat Wikipedia offline dan simulasi digital ke ratusan sekolah di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar). Proyek ini sedang diintegrasikan dengan AI menggunakan model yang ringan, agar dapat berjalan hanya dengan CPU.
3. Data Set Lokal dan Fine-Tuning
Kedaulatan digital menuntut penguasaan data. Onno mendesak pentingnya repositori dataset lokal (pertanian, budaya, bahasa) dan mendorong praktisi untuk mahir dalam Fine-Tuning.
“Jika kita bisa fine-tuning model, kita bisa bikin AI yang spesifik untuk korporasi atau institusi kita sendiri. Ini yang kita butuhkan, AI yang betul-betul menunjang kebutuhan kita,” jelasnya.
Strategi Bottom-Up: Naikkan UMKM
Strategi paling krusial dalam roadmap ini adalah pendekatan Bottom-Up, dengan fokus mengaplikasikan AI pada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Onno menargetkan 1.000 proyek UMKM berbasis AI. Mengingat jumlah UMKM mencapai 64 juta, target ini dinilai sangat realistis.
“Teknik menaikkan bangsa ini adalah dengan menarik yang bawah (UMKM) ke atas. Kalau UMKM-nya naik kelas, otomatis yang di atas pasti akan ikut naik ke atas juga. Pada saat itu terjadi, bangsa Indonesia pasti bisa [bersaing],” pungkasnya, menutup presentasi dengan seruan untuk kolaborasi erat antara kampus, komunitas, dan industri.*










