Jakarta (parade.id)- Transfer energi kejahatan Jokowi ke rezim Prabowo semakin sempurna. Kohesi antara watak hipokrasi dan kelicikan. Tanpa henti, menyajikan drama kekuasaan yang sangat bobrok, arogan dan memalukan.
Prabowo adalah Jokowi menjadi fakta. Kuatnya rekat kolusi memadukan model kekuasaan kompromistis. Rakyat desak adili Jokowi, justru Prabowo puja-puji dan melindungi. Di posisi itu, pengaruh Gibran makin ekspansif.
Deal yang membungkus kepentingan Jokowi dan Prabowo memicu kemarahan publik. Kekhawatiran makin ambruknya tatanan bernegara. Tetapi bagi Prabowo, tak peduli. Ihwal Jokowi bikin rusak, Prabowo melanjutkan.
Tampaknya, pelan tapi pasti, Jokowi semakin lincah dan sangat kuat mengembala Prabowo. Memposisikan Gibran sebagai Wapres yang dimatangkan menuju 2029. Bahkan, berpeluang tampil di tengah jalan.
Skenario itu dimulai, sejak Prabowo dipungut menjadi Menhan. Sangkar yang tepat untuk mengubah macan menjadi kucing jinak. Dan dijebak melalui Pilpres curang demi memuluskan Gibran sebagai Wapres.
Kemudian, kini hasilnya. Prabowo tidak akan lepas dari pengaruh kuat Jokowi. Arah pemufakatan politik mulai dioperasikan secara jeli dan efektif. Prabowo tak berkutik, hanya omon-omon alias meong.
Tak heran, rangkaian kebijakan Prabowo secara esensi tidak lepas dari petunjuk dan arahan Jokowi. Kalaupun ada perbedaan, hanya taktik dan gimmick. Sebagai modus kamuflase untuk mengkelabui rakyat.
Walhasil, hampir empat bulan berkuasa, Prabowo terpaksa lempar handuk. Sembari menggalang partai koalisinya untuk menobatkan sebagai Capres 2029. Semakin terjebak dan membuat Gibran dan Jokowi perkasa.
Oligarki perekat kemesraan Prabowo-Jokowi.
*Kritikus politik, Faizal Assegaf (dikutip akun X pribadi, Ahad/16 Februari 2025)