Jakarta (parade.id)- Gerakan Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (GERMAUN) menuntut negara bertanggung jawab atas meninggalnya ratusan orang supporter Arema di stadion Kanjuruhan, Malang. Hal itu disampaikan Koordinator Umum GERMAUN, Salman Kelrey.
“Gerakan Mahasiswa Unusia (GERMAUN) mengecan tindakan brutalitas kepolisian dan menuntut agar negara bertanggung jawab untuk mengusut tuntas tragedi Kanjuruhan,” demikian siaran pers yang diterima media, kemarin.
“Dalam video yag beredar, GERMAUN mengaku melihat adanya tindakan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Tindakan brutalitas aparat kepolisian dengan memukul dan menendang kepada suporter aremania, memperlihatkan watak arogansinya,” ungkapnya.
Selain itu, GERMAUN juga mengaku melihat bahwa penggunaan gas air mata dalam pengendalian masa yang tidak sesuai prosedur sehingga menjadi penyebab korban jiwa yang berjatuhan.
“Penggunaan Gas Air mata yang tidak sesuai dengan Prosedur mengakibatkan suporter di tribun berebut dan berdesak-desakan untuk mencari pintu keluar, sehingga menyebabkan sesak nafas, dan pingsan sehingga terinjak-injak oleh yang lainnya,” tambahnya.
Padahal, kata Kelrey, jelas penggunaan gas air mata tersebut dilarang oleh FIFA. Dimana dalam Stadium Safety and Security Regulation Pasal 19 menegaskan bahwa penggunaan gas air mata dan senjata api dilarang untuk mengamankan massa dalam stadion.
“Tragedi Kemanusiaan kini terjadi kembali. Pertandingan Sepakbola antara Arema VS Persebaya, berakhir dengan naas, di mana ratusan nyawa manusia menghilang akibat tembakan gas air mata yang dilontarkan ke arah tribun supporter Arema,” kenangnya.
Kerusuhan disebut GERMAUN bermula ketika supporter Arema memasuki lapangan sepak bola. Kemudian, aparat kepolisian mengamankan supporter.
“Namun, pengamanan yang dilakukan oleh aparat kepolisian dan TNI, begitu sangat represif,” kata dia.
GERMAUN ikut belasungkawa sebesar-besarnya atas tragedi yang menimpa ratusan orang itu.
(Verry/parade.id)