Jakarta (PARADE.ID)- Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera mengatakan bahwa sikap Presiden Jokowi masih terlihat setengah-setengah dalam menghadapi pandemi Covid-19. Terbaru yakni masuknya 153 warga China di saat Jokowi membuat aturan agar WNA tidak boleh masuk hingga 8 Februari 2021.
“Sulit masyarakat taat jika pemerintah msh memberi contoh seperti ini. Jgn hanya melihat dari sisi ekonomi/ketenagakerjaan saja,” kata dia, baru-baru ini, di akun Twitter-nya.
Hal itu harusnya menurut dia dijadikan peringatan keras bagi penanganan Covid-19, apalagi kini kasusnya sudah mencapai 1 juta. Angka ini justru makin tidak terkendali dan kasus aktif yang tampak meledak.
“Di periode yg kedua, pak @jokowi mesti bs mengambil kebijakan tepat meskipun tdk populis.”
Sekiranya, menurut dia, ‘rem darurat’ perlu dilakukan seperti di awal peredaman. Memang ‘mati suri’ tidak terelakkan selama 2 pekan/sebulan, tapi harus diiringi dengan mempercepat proses vaksinasi.
“Sistem vaksinasi pun perlu diperbaiki dahulu. Sebagai salah satu pihak pertama penerima vaksin, tenaga kesehatan masih menemukan beberapa kendala seperti sulitnya registrasi vaksinasi. Jangan sampai berlanjut ketika tahapan masyarakat umum karena akan sangat kompleks.”
Namun yang perlu diingat, kata dia, semua vaksin Covid-19 ini belum terbukti mencegah infeksi maupun penularan. Akan sulit jika hanya mengandalkan vaksin untuk mengatasi pandemi.
“Jangan lupakan kondisi darurat yg ada di RS & tenaga kesehatan kita.”
Di samping kesiapan ICU, pemerintah menurutnya juga perlu memastikan ketersediaan peralatan yang memadai. Menambah ICU tanpa memperhatikan hal tersebut akan membebani pasien.
Pasalnya, kata dia, sudah ada contoh di beberapa kasus, pasien terpaksa mencari ventilator sampai obat secara mandiri karena sudah tidak tersedia lagi di RS.
Kemudian, lanjutnya, aktifkan sistem rujukan terintegrasi (Sisrute) yang sudah Kemenkes jalankan sejak 2016. Lalu wajibkan seluruh RS menerapkan aplikasi tersebut.
“Pengembangan sistem ini penting untuk memfasilitasi rujukan pasien Covid-19 yang kian meningkat.”
Di tengah situasi yang menuntut kecepatan, sistem ini bisa menjadi solusi percepatan layanan berbasis digital ketika ada situasi darurat. Terlebih ketika ruang perawatan intensif RS penuh.
Selain data tempat tidur, sistem ini juga mampu menampilkan riwayat pasien sebelum tiba sampai pemantuan ambulans terkait posisi dan kondisi pasien
“Tanpa mengendalikan laju penularan di hulu, RS berpotensi mengalami kebanjiran pasien. Bahaya jika tidak segera ditangani karena dapat meningkatkan angka kematian.”
Namun, tidak hanya pasien Covid-19, melainkan juga bisa berdampak pada pasien non Covid-19 yang turut membutuhkan tindakan darurat.
(Rgs/PARADE.ID)