Jakarta (PARADE.ID)- Politisi Gelora Fahri Hamzah mengaku bahwa ia adalah orang yang termasuk mendukung presiden Jokowi menggunakan hak prerogatifnya mengangkat mantan lawan politik masuk kabinet demi rekonsiliasi. Menurutnya, kita perlu itu untuk persatuan melawan krisis ini.
“Tapi saya kecewa karena perseteruan tak dihentikan. Saya juga kecewa atas hilangnya inistatif,” akunya, Kamis (24/12/2020), di akun Twitter-nya.
Kekecewaan pertamanya yakni kepada Prabowo Subianto yang dianggapnya tidak tampak menggunakan celah untuk mendamaikan keadaan belakangan ini. Padahal, beliau adalah jantung kekuatan oposisi.
“Harusnya sebagai pejabat polkam beliau bisa mengajak pemerintah merangkul oposisi bukan memusuhinya.”
Bahkan, lanjut dia, ketika seorang militer aktif secara overaktif berkali-kali ikut campur dalam politik keamanan sipil, Prabowo dilihatnya juga hanya diam. Seharusnya, kata dia, Prabowo mesti mendampingi presiden untuk menjelaskan bahwa dalam demokrasi kita sekarang militer harus berada di belakang.
“Pak Menhan ada apa?”
Tapi mungkin menurutnya setahun kemarin adalah masa belajar. Kita lihat, apakah 2021 kita akan terus bertengkar dan saling merusak.
“Ataukah tiba masa kelembutan hati untuk saling memaafkan? Kita titip ini kepada @prabowo dan @sandiuno yang telah memilih berada di dalam.”
Sebagai rakyat melihat, orang-orang di dalam bui, dikejar, dipersekusi dan dicari kesalahannya dengan perasaan bahwa lambat laun kita semua seolah harus memilih akan menjadi bagian dalam pertarungan perang saudara. Mestinya ini bisa diakhiri.
Fahri mengajak agar Prabowo dan Sandi mengaajak Jokowi dan Ma’ruf Amin mengakhiri semua ketegangan ini. Mulai lagi rekonsiliasi.
“Kalian berempat sudah satu perahu. Kami dukung persatuan dan kolaborasi. Ayolah. Bismillah. !”
(Robi/PARADE.ID)