Magetan (PARADE.ID)- Ratusan orang yang menamakan dirinya Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Magetan, Jawa Timur, hari ini melakukan aksi massa terkait penolakannya terhadap RUU HIP. Melalui Ketuanya, ustaz Imam Yudhianto, mengatakan bahwa RUU HIP telah nyata ingin melumpuhkan unsur Ketuhanan pada Sila pertama Pancasila secara terselubung, dan berpotensi membangkitkan kembali komunisme di Bumi Pertiwi.
“Adanya tafsir baru dalam bentuk RUU HIP dengan nyata telah mendegradasi eksistensi Pancasila,” demikian orasinya, Minggu (5/7/2020), di monimen Tugu Pancasila Alun-alun Magetan, Jawa Timur.
Menurut ustaz Imam, keberadaan RUU HIP bisa jadi merupakan upaya aktivis Gerakan Komunis yang ingin menghapus citra buruk Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam sejarah Indonesia, sehingga dirinya menilai RUU tersebut wajib ditolak tanpa kompromi.
“Kami pantas mencurigai bahwa konseptor RUU HIP ini adalah oknum-oknum yang ingin membangkitkan kembali paham dan Partai Komunis Indonesia. Dan oleh karena itu patut diusut oleh pihak berwajib,” tegasnya.
Kehadiran RUU HIP juga dinilai olehnya secara otomatis telah menurunkan derajat Pancasila, karena diatur dengan Undang-undang. Belum lagi mengatur Pancasila ke dalam pikiran-pikiran yang menyimpang, dan ini tentu berbahaya bagi eksistensi negara karena akan memecah belah bangsa.
“Bahwa ketentuan yang ada di dalam RUU tersebut memonopoli penafsiran Pancasila yang merupakan kesepakatan dan milik bersama semua anak bangsa,” sambungnya.
Bersama seluruh Ulama, Santri, Aktivis Pergerakan, dan kaum Nasionalis yang peduli dengan Pancasila, diakui olehnya akan terus berjuang tiada henti untuk mempertahankan eksistensi Pancasila sebagaimana naskah dan penafsiran aslinya. Sebab, Pancasila adalah warisan para Ulama’ sebagai pengejawantahan nilai-nilai ketauhidan dan syariah Islam.
“Kami akan menjaga dan melestarikannya,” yakinnya.
RUU Haluan Ideologi Pancasila yang juga ramai ditolak banyak kalangan, karena adanya tendensius mengaburkan sila pertama ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’, dengan pasal yang memeras dan meringkas Pancasila menjadi Ekasila (yaitu Gotong Royong). Padahal sejarah telah membuktikan, bahwa agama lah yang menjaga Negara kita tetap utuh dan berdaulat, tetap kuat meski diterpa berbagai fitnah, bencana dan musibah yang tak berkesudahan.
Agamalah yang memelihara negara kita dari keterpecahan dan penjajahan.
“Mari kita hidupkan agama dalam kehidupan kita, dalam pendidikan kita demi kejayaan bangsa dan Negara kita,” ajaknya.
Dalam aksi tersebut, massa sempat membakar bendera yang berlambang palu arit. Ormas yang tergabung di dalam GUIB di antaranya, Laskar 45 yang diketuai Agus Pujianto, LSM Formil Magetan yang diketuai oleh Rasimin, Ormas OI Magetan yang diketuai Sifaul Anam, dan Center for Indonesia Comunity Studies (CICS) yang dikoodinatori oleh M. Said.
(Verry/PARADE.ID)